close
Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kisah Heroik Tatang Seorang Pria Tunanetra Pendiri SLB Bandung



        Banyak cara yang bisa dilakukan untuk menunjukkan kepedulian terhadap masyarakat sekitar. Salah satunya dengan memberikan akses pendidikan kepada anak-anak yang membutuhkan, seperti yang dilakukan oleh Tatang (50).


        Pria asal Bandung, Jawa Barat tersebut berupaya memberikan layanan pendidikan inklusif untuk kalangan disabilitas.


        Meski mengalami gangguan penglihatan sejak kecil, Tatang berhasil menyelesaikan pendidikannya di Jurusan Antropologi, Universitas Padjajaran pada tahun 1998. Saat kembali ke kampung halamannya di Caringin, Bandung, Jawa Barat, Ia merasa miris karena banyak anak disabilitas di wilayah tersebut yang tak mendapat akses pendidikan.


        Menurut video yang diunggah di akun Youtube Tita Aprilianti yang banyak memuat video inspiratif difabel, Tatang sudah mengalami gangguan penglihatan (low vision) sejak masuk sekolah dasar.


        Dalam video tersebut Tatang juga menjelaskan jika dirinya pernah melakukan operasi mata, namun gagal sehingga Ia mengalami buta total. Saat ini Tatang pun menjadi seorang disabilitas tunanetra.


        "Dalam usia 7 atau 8 lah Ketika saya masuk SD kondisi mata saya sudah kena, jadi pandangannya tidak 100 % sehingga Ketika guru menulis di papan tulis, tidak terlihat jelas oleh saya," paparnya.


         Tatang dengan lirih juga menceritakan pengalamannya menjadi seorang Tunanetra yang awalnya pernah mengalami frustasi, tidak bersemangat, dan hanya bisa duduk di dalam rumah.


        Namun berkat nasihat dari kedua orang tuanya, Tatang pun akhirnya melanjutkan sekolah di sebuah SLB di Kota Bandung dan bisa beradaptasi.


        "Awalnya saya sempat merasa tidak bersemangat dan frustasi, saya hanya duduk selama satu tahun di rumah terus sampai akhirnya saya dinasihati oleh orang tua saya dan dimasukan ke sekolah SLB di Bandung, awalnya saya sama sekali tidak mau masuk ke situ tapi lama kelamaan saya bisa menyesuaikan diri dengan teman-teman lain," ungkapnya.


        Pada tahun 2003, Tatang bersama almarhum kakaknya mendirikan SLB ABCD yang menyasar kalangan anak-anak dengan kebutuhan khusus di sekitar tempat tinggalnya karena Ia merasa anak-anak tersebut sama seperti dirinya.


        "Pada awalnya saya merasa empati saya meningkat setelah mendengar anak-anak yang membutuhkan tersebut, kan mereka diciptakan oleh Allah sama seperti kita nah akhirnya kalu kita sayang kepada mereka bagaimana kita bisa membuat hidup layak untuk mereka, paling tidak hidup mandiri," jelas Tatang.


        Berbekal tekad yang kuat, Tatang bersama almarhum kakaknya menjadikan rumah mereka sebagai sekolah agar bisa menampung banyak siswa berkebutuhan khusus termasuk membuatkan asrama di lantai dua untuk siswa dan siswi yang memiliki tempat tinggal jauh dari sekolah.


        "Akhirnya saya bersama kakak menyediakan asrama bagi anak kurang mampu yang tinggal jauh dari SLB dan orangtuanya tak punya waktu untuk mengurus mereka. Saya berusaha menabung bersama kakak saya sedikit demi sedikit untuk memperluas ruang kelas 3x3m yang diisi 40 siswa dan memperbaiki ruangan untuk dijadikan asrama," tutur Tatang.


        Tatang memiliki harapan yang kuat untuk membangun kemandirian kepada anak-anak berkebutuhan khusus di wilayah tempat tinggalnya. Ia pun berkeyakinan jika Ia memudahkan hidup orang lain, maka Allah akan memberkahi semuanya.


        "Saya ingin meraih mereka untuk sekolah, karena saya sendiri juga kan sama seperti mereka (difabel) sehingga anak yang memiliki kekurangan tentunya harus ditopang dengan ilmu untuk menunjang hidupnya," pungkas Tatang.

Posting Komentar untuk "Kisah Heroik Tatang Seorang Pria Tunanetra Pendiri SLB Bandung"